Selasa, 08 Desember 2009

Perkembangan Islam Periode Modern

A. Faktor Munculnya Gerakan Islam Modern
Secara teoritis, periode modern dalam sejarah Islam dimulai sejak tahun 1800 M hingga kini. Pada masa awal periode ini, secara politis kondisi dunia Islam berada di bawah penetrasi bangsa-bangsa Barat. Baru pada awal abad ke-20 M, dunia Islam bang-kit melawan penjajahan bangsa-bangsa Barat.
Periode modern bisa disebut juga sebagai periode kebangkitan dunia Islam, se-te¬lah mengalami kemunduran pada periode pertengahan. Pada periode modern, ke-bang¬kitan itu ditandai dengan banyaknya bermunculan pemikiran pembaharuan dalam du¬nia Islam.
Munculnya gerakan pembaharuan dalam dunia Islam disebabkan oleh dua fak-tor. Pertama, timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran asing yang masuk dan diterima oleh masyarakat muslim sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran terse-but bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya, seperti takhayul, bid’ah dan khu-rafat. Menurut para pembaharu, ajaran semacam inilah yang menyebabkan kemun-duran Islam. Oleh karena itu, mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari ajaran atau pa¬ham seperti itu. Gerakan ini dikenal dalam sejaran sebagai gerakan reformasi Islam.
Kedua, pada periode ini, bangsa Barat mendominasi dunia, baik dalam bidang politik, ekonomi perdagangan dan peradaban dunia. Persentuhan dengan Barat menya¬darkan para tokoh Islam mengenai keterbelakangan umat Islam. Oleh karena itu, me¬re¬ka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan pera¬daban untuk mengimbangi kekuatan bangsa-bangsa Barat.
Kedua faktor inilah yang menjadi penyebab munculnya keinginan masyarakat muslim untuk melakukan gerakan reformasi Islam, setelah umat Islam mengalami ma-sa-masa kemunduran pada periode pertengahan, terutama sejak mundurnya tiga kera-jaan besar Islam, yaitu kerajaan Safawi di Persia, kerajaan Mughal di India, dan kerajaan Turki Usamani di Turki.
Pada saat dunia Islam mengalami masa-masa kemunduran, bangsa Barat tengah mengalami masa kemajuan. Kemajuan bangsa Barat ini diawali dengan upaya pene¬li¬ti-an yang dilakukan, guna mencari jalur perdagangan baru. Sebab jalur strategis yang selama itu menjadi jalur perdagangan mereka, telah dikuasai umat Islam, sehingga mereka sulit melakukan transaksi perdagangan melalui jalur-jalur tersebut. Lautan yang selama itu mereka anggap sebagai tembok penghalang, mereka tembus. Setelah itu, me¬reka mulai menjelajah dunia melalui lautan. Pemikiran mereka lebih terbuka lagi setelah mengetahu bahwa Christoper Columbus berhasil menemukan benua Amerika pada ta¬hun 1492 M, dan Vasco da Gama menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Harapan pada tahun 1498 M. Dengan demikian, benua Amerika dan kepulauan Hindia jatuh ke tangan bangsa Eropa. Dua penemuan tersebut sungguh di luar dugaan bangsa-bangsa Barat. Sebab di hadapan mereka telah terbuka luas jalur perdagangan baru, dan tidak lagi tergantung dengan jalur lama yang telah dikusai umat Islam.
Dengan ditemukannya jalur perdagangan baru, perekonomian bangsa-bangsa Barat semakin maju. Dari situ, mereka memperoleh kekayaan tak terhingga untuk meningkatkan kesejahteraan negerinya. Dengan begitu, bangsa-bangsa Barat semakin maju dan sejahtera, melampaui kemajuan dunia Islam.
Kemajuan bangsa-bangsa Barat dipercepat oleh penemuan dan perkembangan ilmmu pengetahuan dan teknologi, misalnya penemuan Mesin uap oleh James Watt, melahirkan suatu masa yang disebut dengan revolusi industri. Penemuan itu diperkuat dengan dikembangkannya teknologi perkapalan dan militer. Dengan demikian, bangsa Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perda¬gangan dari dan ke seluruh dunia, tanpa mendapat hambatan dari lawan-lawan mereka. Bahkan satu demi satu, negeri-negeri Islam jatuh ke tangan bangsa-bangsa Eropa. Ne¬geri-negeri Islam yang pertama kali jatuh ke tangan bangsa penjajah Barat adalah negeri yang jauh dari pusat kekuasaan Turki Usmani. Karena, meskipun Tukri Usmani terus menerus mengalami kemunduran, ia masih dianggap berbahaya dan masih me¬mi¬liki kekuatan militer yang tangguh. Negeri-negeri Islam yang pertama kali jatuh adalah ne¬geri-negeri Islam di Asia Tenggara dan Anak Benua India. Sementara Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmani baru dikuasai pada masa-masa sesu¬dahnya.

B. Penjajahan Bangsa Barat atas Dunia Islam

Ketika berada di bawah kerajaan Islam Mughal, India merupakan negeri yang cukup kaya hasil pertaniannya. Kekayaan inilah yang menyebabkan para pedagang Ero¬pa datang. Kedatangan mereka bukan hanya untuk berdagang, juga untuk memo-nopoli perdagangan dan menguasai negeri. Pada awal aba ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai memasuki wilayah India. Pada tahun 1611 M, Inggris mendapat ijin menanamkan mo¬dal, dan pada tahun 1617 M, Belanda mendapatkan ijin yang sama.
Setelah merasa cukup kuat, kongsi dagang Inggris BEIC (Britiish East Indies Company) melakukan ekspansi kekuasaan di India bagian timur. Merasa wilayahnya akan dikuasai, maka pada tahun 1761 M para penguasa di wilayah tersebut berusaha melakukan perlawanan untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya. Tapi, mereka tidak mampu mengalahkan kekuatan pasukan Inggris. Akibatnya, daerah Qudh, Bengal dan Orissa jatuh ke tangan Inggris. Kemudian pada tahun 1803 M, pusat kerajaan Islam Mughal, Delhi, berada di bawah bayang-bayang Inggris. Inggris menggunakan ke¬kuat¬an pemberontak Sikh-Hindu untuk melawan kekuatan Mughal. Dengan bantauan ke¬kuatan tersebut, akhirnya Inggris mulai leluasa mengembangkan sayap kekua¬saannya di Anak Benua India dan sekitarnya.
Pada tahun 1842 M, keemiran muslin di Sind dikuasai Ingris. Kemudian pada ta¬hun 1850 M, kerajaan Islam Mughal dikuasai sepenuhnya. Bahkan raja terakhir diusir dari istana kekuasannya. Sejak itu, India berada di bawah kekuasaan Inggris. Keber¬ha-silannya di India membuat hasrat Inggris lebih kuat untuk menguasai wilayah lain. Ka-rena itu, pada tahun 1879 Afgha¬nistan dikuasai. Bahkan pada tahun 1899 M Balu-chistan, dijadikan sebagai negara bagian dari kekuasaan Inggris yang berpusat di India.
Sementara itu, kemajuan yang dicapai kerajaan Islam di Asia Tenggara, juga menjadi sasaran bagi para penjajah bangsa Eropa. Ketertarikan bangsa-bangsa Eropa untuk da¬tang ke wilayah ini adalah karena Asia Tenggara merupakan penghasil rem-pah-rempah ter¬kenal pada masa itu. Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M, me¬rupakan salah satu kerajaan yang kaya yang berada di wilayah jalur strategis, ditak¬lukkan Portugis pada tahun 1511 M. Penaklukkan ini menimbulkan per-lawanan dari rakyat Malaka. Sejak itu, Portugis berusaha menguasai daerah penghasil rempah-rem¬pah terkenal, sepperti Maluku.
Selain Portugis, bangsa Barat yang datang ke Asia Tenggara dan menjajah ada-lah Spanyol, Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis. Pada tahun 1521 M Spanyol da-tang ke Maluku dengan tujuan berdagang. Kemudian Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguin-da¬nao, Kesulltanan Buayan, dan Kesultanan Sulu.
Pada akir abad ke-16 M, Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis, datang ke Asia Tenggara. Tetapi, Denmark dan Perancis, tidak berhasil menjajah, karena mereka datang hanya untuk berdagang. Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1595 M dan dengan cepat menguasai jalur dan sistem perdagangan. Pada tahun 1602 M Belanda membentuk kongsi dagang, VOC (Verinidge Oast Indies Compagni). Kongsi dagang inilah yang mela¬kukan monopoli perdagangan di Indonesia. Ternyata, VOC tidak hanya melakukan monopoli perdagangan, juga menjajah. Monopoli perdagangan dan ekspansi wilayah kekuasaan ini seringkali menimbulkan perlawanan dan peperangan antara rakyat de¬ngan Belanda. Di antara peperangan peperangan terbesar adalah Perang Aceh, Perang Paderi, Sumatera Barat, dan Perang Diponegoro, di Jawa.
Pesaing terbesar perdagangan Belanda adalah Inggris. Sejak datang ke wilayah Asia Tenggara, khususnya di Semenanjung Malaya, Inggris mulai mendominasi per¬da-gangan dan politik. Persaingan perdagangan terlihat dari usaha masing-masing yang ingin merebut wilayah penghasil rempah-rempah. Inggris bahkan sempat datang ke In-donesia, terutama di bengkulu dan bercokol hingga awal abad ke-19 M. Bangsa-bangsa Barat yang datang dan menguasai dunia Islam yang kaya rempah-rempah, terus ber-usaha mempertahankan kekuasaan dan monopoli perdagangan dengan kongsi da¬gang yang mereka dirikan. Penjajahan bangsa-bangsa Barat ini baru berakhir pada abad ke-20 M setelah masing-masing wilayah melakukan pemberontakan dan me¬mer¬dekakan diri. Indonesia merdeka pada 17 Agistus 1945 M, negeri di Asia Teng¬gara yang pertama kali memproklamirkan kemerdekaannya.

C. Penjajahan Bangsa Barat ke Timur Tengah
Kemajuan bangsa Barat dalam bidang teknologi militer dan industri perang, membuat kerajaan Turki Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi, kebe-sar¬an nama Turki Usmani membuat bangsa Eropa segan menyerang kekuatan Usmani. Namun, kekalahan Turki Usmani dalam pertempuran di Wina pada tahun 1683 M membuka mata bangsa-bangsa Eropa bahwa kekuatan Turki Usmani telah mundur jauh. Sejak kekalahan itu, terus menerus kerajaan Turki Usmani mendapat serangan-se-rangan besar dari bangsa-bangsa Barat.
Kelalahan di Wina membuka mata para penguasa Usmani. Mereka mulai me-nyadari kelemahan dan kemundurannya, serta mengakui kehebatan bangsa-bangsa Ba-rat. Melihat kenyataan ini, para penguasa mulai melakukan pembaharuan dalam berba¬gai bidang, khususnya bidang militer. Untuk itu, dikirimlah para duta ke negara-negara Eropa, terutama Perancis, untuk mempelajari berbagai kemajuan yang dicapai. Celebi Mehmet, duta Usmani yang dikirim ke Perancis pada tahun 1720 M, diminta untuk mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan institusi-institusi lainnya. Dari hasil pengamatannya, kemudian ia membuat laporan tentang kemajuan teknik, or¬ganisasi angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosiallainnya. La¬porannya mendorong Sultan Ahmad III (1703-1730 M), untuk melakukan pemba¬haruan di kerajaannya. Untuk itu, ia mendatangkan para ahli militer dari Eropa untuk memper¬baharui sistem dan teknologi militer di kerajaannya.
Kerjasama militer dengan Perancis membuahkan hasil. Ini terbukti dengan da-tangnya De Rochefort, seorang perwira Perancis, untuk melatih tentara dan membentuk korp militer kerajaan Usmani. Kemudian pada tahun 1729 M datang lagi perwira Perancis, bernama Comte de Bonneval, ke Istambul. Dia bertugas memberi latihan kepa¬da tentara Turki Usmani dalam menggunakan meriam modern. Comte tidak sendirian. Ia dibantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia, dan Mornai, dari Perancis.
Pada tahun 1734 M, untuk pertama kali, Sekolah Teknik Militer dibuka. Usaha pembaharuan tidak hanya terfokus pada bidang militer, juga pada bidang lain, seperti pembukaan percetakan di Istambul pada tahun 1727 M untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Selain itu juga dilakukan penerjemahan berbagai karya ilmu penge-tahuan dari Eropa ke dalam bahasa Turki.
Usaha-usaha tersebut tidak banyak mendatangkan hasil maksimal, karena kon-disi keuangan yang terus merosot, banyak mendapat tantangan dari para ulama dan tentara Jenissari. Usaha pembaharuan itu baru menampakkan hasil ketika Sultan Mah-mud III (1807-1839M) membubarkan pasukan Jenissari, struktur kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku Barat diterjemahan ke da-lam bahasa Turki, siswa-siswa berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar. Selain itu, di-di¬rikan juga sekolah-sekolah kemiliteran didirikan.
Meskipun usaha pembaharuan terus dilakukan, tetap saja Turki Usmani tidak mampu mengejar ketertinggalannya dari bangsa-bangsa barat. Bahkan negara-negara barat terus melakukan usaha ekspansinya ke negara-negara Islam. Selama abad ke-18 M bangsa Barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur, wi-layah kerajaan Turki Usmani. Akhir dari serangan-serangan itu adalah ditan¬da¬tanga¬ni-nya Perjanjian San Stefano ( Maret, 1878 M), dan Perjanjian Berlin ( Juni-Juli 1878 M) antara kerajaan Turki Usmani dengan Rusia. Dengan demikian, berakhirlah kekuasan Usmani di Eropa. Sementara itu, wilayah berpenduduk mayoritas muslim di Timur Te-ngah diduduki bangsa-bangsa Eropa.
Gerakan pembaharuan yang dilakukan, malah mengancam kekuasaan sultan yang absolut. Para pejuang Turki melihat bahwa kelemahan itu terletak pada kekuasaan sultan yang absolut itu. Karena itu, mereka ingin membatasi kekuasan sultan yang ab¬solut dengan membuat konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, yang dilakukan Usmani Muda, Turki Muda, dan Partai Persatuan dan Kemajuan (Ittihad ve Terekki).
Keadaan semakin parah ketika Turki bergabung dengan Jerman dalam Perang Duina I (1915-1519 M. Dalam Perang Dunia I itu, Jerman mengalami kekalahan. Keka-lahan ini membuat rakyat dan Partai Persatuan dan Kemajuan melakukan pem¬beron-takkan terhadap sultan, sehingga mereka menghapuskan kekhilafahan Usmani dan membentuk Turki modern pada tahun 1924 M. Situasi ini mempercepar proses ke¬run-tuhan kerajaan Turki Usmani.
Kekalahan Turki dalam setiap pertempuran, menyebabkan satu-persatu wilayah Islam yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmani,memisahkan diri. Tidak hanya itu, wilayah yang dulunya berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, diambil oleh bangsa-bangsa Barat. Pada saat itu, muncul pula perasaan nasionalisme di kalangan ma¬¬syarakat yang berada di bawah ke¬kuasaan Turki Usmani. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen ber¬pa¬ling ke Barat dan memohon bantuan Barat untuk memer¬dekakan tanah airnya. Selain itu, bangsa Kurid di pegunungan dan bangsa Arab di gu¬run dan lembah-lembah juga me¬la¬kukan pemberontakan untuk memisahkan diri dari kekuasaan Turki Usmani.
Penetrasi bangsa Barat atas dunia Islam di Timur Tengah, pertama kali dila¬ku-kan oleh Inggris dan Perancis, dua negara Eropa Barat yang tengah bersaiang. Inggris pertama kali menguasai India. Karena persaingan itu, Perancis berusaha memutus hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yaitu Mesir, harus berada di bawah kekuasaannya. Untuk maksud tersebut, Mesir ditaklukkan Perancis pada tahun 1798 M.
Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis, juga dapat menjadi pusat aktivitas pendistribusian barang-barang ke Turki, Syria, hejaz, begitu pula ke Timur Jauh. Ambisi Napoleon Bonaparte untuk mengikuti jejak Alexander the Great, membuat usaha Perancis untuk menguasai dunia Timur, terus dilakukan. Tetapi, karena kondisi di Perancis yang labil, mengharuskan Napoleon kembali pada 1799 M. Kedudukannya digantikan oleh jenderal Kleber. Tetapi dalam pertempuran di laut, antara Perancis dan Inggris, Perancis kalah. Jenderal dan pasukannya pada tanggal 31 Agustus 1801 M kem¬bali ke Perancis. Kembalinya pasukan Perancis ke negaranya, membuat Mesir menga¬lami kekosongan kekusaan.
Kekosongan itu dimanfaatkan oleh Muhammad Ali (1796-1849 M), didukung oleh rakyat Mesir, mengambilalih kekuasaan. Sejak saat itu, Mesir mulai menegakkan kedaulatan dan melakukan berbagai pembaharuan. Tetapi pada tahun 1882 M, Mesir dikuasai Inggris. Masuknya Inggris membuktikan sekali lagi bahwa kedua negara ini masih melakukan persaingan perebutan wilayah kekuasaan Islam, baik di Asia maupun di Afrika. Hal ini dapat dilihat dari beberapa negara yang berhasil dikuasai Perancis dan Inggris, misalnya; pada tahun 1820 M, Oman dan Qatar berada di bawah protektorat (perlindungan) Inggris, Aden (1839M), Mesir ( 1882 M), dan Sudan ( 1898 M). Negara-negara tersebut berada dui bawah kekuasaan Inggris. Sementara negara yang menjadi wilayah kekuasaan Perancis adalah al-Jazair ( 1830-1857 M), dan Chad ( 1900 M).
Setelah itu, negara-negara Barat lain yang ikut menjajah wilayah Timur Tengah dan Afrika adalah Italia dan Spanyol. Pada abad ke-20 M, Italia dan Spanyol ikut ber¬sa-ma Inggris dan Perancis memperebutkan wilayah-wilayah Afrika. Wilayah–wilayah yang berada di bawah kekuasaan Inggris, adalah; Kesultanan Muslim Nigeria (1906 M), Kuwait (1914 M), Irak (1920 M). Sementara wilayah yang berada di bawah kekuasaan Perancis adalah; Maroko ( 1919-1926 M), Sisilia ( 1919-1921 M), Syria dan Libanon (1920 M0. Sedang wilayah yang berada di bawah kekuasaan Spanyol adalah; Maroko (1912 M-1915 M). Selain itu, Italia juga menguasai beberapa wilayah, seperti; Kesultanan Tripoli dan Cyrenaica (1912-1913 M), dan Somalia (1926-1927 M).
Jika bangsa Eropa Barat yang menduduki wilayah Islam di Asia dan Afrika, ma-ka bangsa Eropa Timur, juga menduduki wilayah Islam di Asia Tengah, misalnya Rusia. Setelah perjanjian San Stefano dan Perjanjian Berlin, Rusia mulai menduduki satu persatu wilayah Islam di Asia Tengah. Wilayah yang menjadi jajahan Rusia adalah Kau¬kasia (1834-1859 M), Khoakand dan Tashkent (1853-1865 M), Samarkand dan Bukhara (1866-1872 M), dan Uzbekistan (1873-1887 M).
Jatuhnya negara-negara atau wilayah Islam ke tangan bangsa-bangsa Barat me-nandai kemunduran umat Islam. Sejak saat itu, masyarakat musllim melakukan perlawanan dan pemberontakan terhadap penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa Barat. Ketertarikan bangsa Barat datang dan menjajah dunia Islam, selain faktor ekonomi, juga faktor agama, terutama bangsa Portugis dan Sapnyol.
Dari sisi ekonomi, kedatangan bangsa Barat semula bertujuan untuk berdagang, menjual produk yang mereka hasilkan, selain mencari bahan-bahan mentah yang sebagian besar terdapat di negara-negara Islam di Timur. Tetapi lama-kelamaan, tujuan mereka berubah, tidak hanya berorientasi pada persoalan ekonomi, juga masalah po¬litik. Perubahan orientasi ini disebabkan adanya persaingan di antara bangsa-bangsa Ba¬rat itu sendiri yang ingin memonopoli sistem perdagangan. Sistem inilah yang meru¬pa¬kan cikal bakal penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam. Inggris misalnya, mendi¬rikan BEIC (Britiish East Indies Company) dan Belanda mendirikan VOC ( Verinidge Oast Indies Compagni) tahun 1602 M.
Selain faktor itu, ada faktor lain yang dibawa oleh penjajah, khususnya Spanyol dan Portugis, yaitu penyebaran agama Kristen. Kedua bangsa ini memiliki agenda un-tuk menyebarkan misi Kristen di negara jajahannya. Kedua negara ini masih menyi¬sa-kan pengalaman sejarah pahit selama beberapa abad ketika berada di bawah kekuasaan Islam. Portugis, misalnya membawa 3 (tiga) misi, gold, glory dan gospel, yaitu, mencari kekayaan, mencari kejayaan dan menyebarkan misi Kristen. Ketiga misi inilah yang diterapkan dalam menaklukkan negara-negara Islam, seperti Indonesia dan Filipina, sehingga Kristen tersebar dan dianut sebagian penduduknya.




D. Motivasi dan Tujuan Penjajahan Bangsa Barat atas Dunia Islam
1. Motiavasi Ekonomi
Setiap penjajahan akan selalu dilandasi oleh tujuan-tujuan yang ber¬si¬fat ekonomi atau komersial. Oleh karena itu, motif utama ko¬lo¬ni¬al¬i¬sasi Barat atas dunia Islam tidakdapat dipisahkan atas kepentingan ekonomi dan perdagangan. Ketika dunia islam mengalami kemuduran, Eropa sedang ber¬ada di jaman kemajuan. Kemajuan yang diraih Barat mampu melahirkandan mengembangkan industri. Indusri ini tentu saja membutuhkan bahan-bahan baku dan rempah-rempah. Pada saat yang sama Barat juga perlu wilayah tempat memasarkan produk industri mereka.
Oleh karena itu, bangsa Barat terus berupaya mencari terobosan baru guna menguasai jalur-jalur perdagangan yang menguntungkan. Terobosan itu ternyata membawa hasil, yaitu dengan ditemukannya tanjung Harapan oleh Vasco da Gama dan Benua Amerika oleh Colombus. Penemuan ini sangat berarti bagi Amerika, tetapi merupakan tragedi yang merugikan bagi dunia Islam. Setelah penemuan ini Eropa semakin menumbuhkan semangat ekspansif dan penetratifnya ke dalam dunia Islam. Dalam kondisi demikian, mereka mengeksploitasi dan mengurus kekayaan alam serta memeras sumber daya manusia di daerah yang di kuasainya.

2. Motivasi Politik
Motivasi politik berkaitan erat dengan faktor ekonomi. Karena suatu wi¬layah yang secara politis sudah dikuasai akan memudahkan penguasa ko¬lo¬nial melakukan hubungan dagang dan monopoli kepentingan ekonominya. Juka penguasa kolonial sudah menguasai wilayah atau jajahan tetu saja ber¬upaya mewujudkan stabilitas perdagangan dan ekonominya. Sehinggapada saat yang sama penguasa kolonial merasa perlu mempertahankan ke¬kua¬sa¬annya. Hal ini menjadi penting terutama karena penjajah harus menghadapi saingan politis dari bangsa Barat lainnya dalam melebarkan kekua¬sa¬an¬nya.setabilitas politik dalam negri jajahan diperlukan untuk memperlancar eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia disatu pihak, dan dan dipihak lain mempertahankan kepentingan ekonomi atau gangguan dari rekan kolonial lainnya.
Oleh karena itu tidak jarang campur tangan dalam negeri pribumi dan tekanan politik dilakukan. Kecuali itu, pihak Barat juga melakukan politik adu domba seperti yang dilakukan Belanda terhadap rakyat dan pemimpin di Indomesia. Hal ini ditempuh ddak lain untuk melemahkan persatuan dan kesatuan pribumi. Sehingga pihak kolonial dengan leluasa dapat melang¬gengkan kedudukan dan pemerasan ekonominya.
Dari analisis tersebut dapat dijelaskan bahwa secara politis, pihak kolonial berkepentingan membuat kebijakan mengenai pribumi un¬tuk me¬mahami dan menguasai pribumi yang mayoritas muslim.. Untuk kepen¬ting¬an itu, Belanda mendatangkan ahli Islam bernama Christian Snouck Hour¬gronye yang ahli Islam dan pandai berbahasa Arab itu ke Indonesia. Sekali¬pun Snouck memahami bahwa orang Indonesia sangat toleran, cinta damai, tetapi ia tidak memungkiri adanya kemungkinan sekelompok tertentu yang anti Belanda menggerakkan massa melakukan gerakan perlawanan. Karena itu, sebagai penasihat politik keagamaan pemerintah, C. Snouck Hurgronye, menyatakan bahwa musuh Belanda sebenarnya bukan Islam sebagai sebuah agama, melainkan Islam politik.
Berdasarkan pandangan tersebut, akirnya pemerintah Belanda menge¬luarkana kebijakan untuk melarang kelompok Islam melaksanakan komu¬nikasi politik dengan dunia Islam di luar melalui perjalanan haji. Karena itu, pemerintah Belanda mengeluarkan aturan untuk memperkatat pembe¬rang¬katan haji dari Indonesia. Tapi memberikan kelonggaran bagi mereka yang akan menjalankan ibadahnya di Indonesia, dan tidak lagi perlu dicurigai.

3. Motivasi Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa kedatangan Bangsa-bangsa Barat ke dunia Islam bukan semata karena alasan ekonomi dan politik, juga agama. Hal ini dapat dilihat banyaknya pendeta atau pastur yang dikirim ke negara-negara Islam guna menyebarkan agama Kristen. Hal itu didasari atas tumbuhnya semangat reconquista, semangat balas dendam bangsa Barat, khususnya Portugal dan Spanyol, atas penjajahan bangsa Arab Islam di negeri mereka selama hampir delapan abad. Semangat ini terus mewarnai usaha mereka dalam melakukan penjajahan atas dunia Islam.
Selain itu, terdapat tiga ideologi yang diterapkan dalam usaha penguasaan negara-negara Islam, yaitu Gold, Glory and Gospel. Usaha pertama adalah menguasai dunia Timur Islam yang sangat kaya itu menjadi bagian dari wilayah jajahan, sehingga mereka menguasai seluruh sektor penting di dalam perekonomian dunia. Setelah itu, mereka akan menjadi bangsa yang kaya dan makmur serta mencapai kejayaan (glory). Usaha selanjutnya, dan ini tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan usaha lain, adalah penyebaran agama Kristen di dunia Islam. Ketiga motivasi ini membawa hasil yang cukup signifikan dalam usaha mereka menguasai dunia Islam. Hal dapat dilihat dari banyaknya penganut Kristen di dunia Islam, seperti Indonesia, Mesir, wilayah jazirah Arabia, dan lain sebagainya.

E. Dampak Penjajahan Barat atas Dunia Islam

Tidak dapat dipungkiri bahwa kolonialisasi telah berdampak negatif yang sangat mendalam pada mesyarakat Islam. Dengan demikian dapat di¬katakan bahwa pemerintahan kolonial merupakan bencana yang tidak tang¬gung-tanggung. Kolonialisasi telah mempengaruhi upaya pencapaian cita-cita Is¬lam dengan cara mengubah dan memutar balikkan kenyataan yang sebenar-benarnya. Selama masa penjajahan, orang Islam harus berkorban dalam medan perang demi menyelamatkan panji-panji Islam. Bayaran yang dikeluarkan sangat mahal, tidak hanya ongkos politik, ekonomi, budaya, agama, juga bidang-bidang lain, terutama ilmu pengetahuan dan moral bangsa, yang terimbas oleh pengaruh penjajahan bangsa-bangsa Barat atas dunia Islam. Bahkan hingga kini masyarakat Islam masih harus membayar ongkos tersebut. Pemerintah kolonial telah melumpuhkan masyarakat mus¬lim, membekukan pemikiran dan menguburkan kajayaan Islam masa lalu. Lebih buruk lagi, kolonial telah merusak rasa percaya diri orang Islam, se¬hingga membuat mereka tak berdaya, seperti anak kecil.
Politik kolonial juga berdampak pada kelemahan umat Islam dalam memahami ajaran agamanya. Dalam hal ini Barat menempuh dua cara, per¬tama membangunkan beberapa pemikir muslim dengan gerakan prog¬resivisme Islam yang bertujuan mencari legitimasi dari pemerntah kolonial dan memberikan pembenaran untuk pemerinthan kolonial terhadap umat Islam agar mereka tidak melakukan perlawanan. Kedua, menugasi beberapa orang Barat keturunan Asia yang beragama Kristen untuk meruncingkan perbedaan mazhab, memperlebar jurang pemisah dan politik adu domba diantara golongan umat Islam.
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam juga meninggalkan warisan moral yang rusak. Sedikit banyak individualisme, meterialisme, dan ka¬pi¬talisme yang diakibatkan oleh kemajuan sains dan teknologi Barat yang sekuler telah merasuki umat Islam. Akibatnya banyak orang Islam kehi¬lang¬an moralitas dan identitas ke-Islamannya.
Seiring dengan penetrasi ekspansi dan pendudukan Barat terhadap dunia Islam masih juga tampak cahaya konsep ideal Islam. Kolonialisasi disatu segi melemahkan tatanan nilai dan masyarakat Islam, tetapi disegi lain juga melahirkan “semangat jihad” untuk membebaskan diri dari penguasaan kolonial. Sejumlah cendikiawan dan pemimpin di Asia dan Afrika masih tetap berpegang teguh pada al-quran dan Syari’ah, meskipun pasukan pen¬jajah Eropa makin dekat. Paukan Sanusi dan Mahdi bertempur melawan orang Eropa di Afrika; imam Syamil di Kaukakus berjuang menentang orang Rusia; kelompok Naqsabandi yang berseragam hijau menentang pemerin¬tah¬an pusat Cina; Umar Tal al-Haji yang menentang pemerintahan teokrasinya dikuasai oleh Prancis; Muhammad Abdul Hasan di Somalia; Abdul Kadir di Aljazair; Orang Akhnud dai Swat; Sayyid Ahmad Barelvi di India Utara; dan Haji Syari’atullah di Binggal-semua berjuang menentang Musu Islam.
Pengaruh lain yang disisakan Barat di dunia Islam adalah nasional¬is¬me. Nasionalisme merupakan salah satu politik dalam memecah belah ke¬sa¬tuan dan kekuatan Islam sera memudahkan mereka membagi-bagi wilayah Islam dan menguasainya. Namun demikian, masuknya Barat ke dalam dunia Islam dengan membawa kultur asing mempunyai pengaruh yang besar ter¬hadap rakyar dan merupakan faktor dalam mempercepat kesadaran nasional mereka. Akhirnya ide nasionalisme diterima oleh negara-negara Islam secara meluas. Paham ini secara khusus pernah dipakai dalam perjuangan melawan kekuasaan kolonialisme.
Bersamaan dengan kolonialisasi, berkembanglah di kalangan Barat sebuah kajian mengenai dunia Timur, yang kita kenal dengan orientalisme. Bahkan orientalisme merupakan “kunci” Barat untuk memahami dunia Timur, khususnya Islam. Semula orientalisme ini bertujuan memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat yang terdapat dalam peradaban Islam ke Eropa. Namun untuk kepentingan kolonialisasi, Barat perlu mempelajari adat istiadat dan agama yang dianut bangsa-bangsa di dunia Timur (Islam). Oleh karena itu, muncullah tulisan-tulisan yang mencoba memberikan gambaran yang sebenarnya tentang Islam.

Mengenai adat istiadat Indonesia terdapt karangan-karangan yang di¬susun oleh Mersden, Raffles, Wilken, Snouck hourgrunyedan sebagainya. Sewaktu Na¬poleon mengadakan ekspedisi ke Mesir di tahun 1798 M, dalam rom¬bong¬annya turut satu glongan orientalis untuk mempelajari adat istiadat, perekonomian dan pertannian Mesir. Hasil penyelidikan mereak perlu bagi Napoleon untuk menjalin hubungan baik dengan bangsa Mesir. Di antara orientalis yang ia bawa Langles, ahli bahasa Arab, Villoteau, yang mempelajari musik Arab, dan Marcel yang mempelajari sejarah Mdsir. Tradisi orientalisme ini sampai sekarang tetap berkembang di dunia Barat, meskipun orientasi mempelajari dunia Timur dan Islam sudah berubah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penjajahan bangsa-bangsa Barat atas dunia Islam pada akhirnya banyak membawa dampak negatif terhadap dunia dan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kehidupan ekonomi, politik, budaya, agama, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Karena itu, Islam dan umatnya menjadi terpuruk dalam keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan menjadi pemandangan sehari-hari. Mentalitas dan kultur yang ditanamkan oleh penjajah agaknya masih terasa hingga kini, paling tidak dikalangan rakyat Indonesia.

1 komentar:

  1. wah,,,
    akhirnya ketemu juga tugas saya,,
    makasih ya gan..
    nolongin bgt..
    kunjungan balik ya + follownya..
    :D

    BalasHapus