Selasa, 22 Desember 2009

Dinasti Safawi

KERAJAAN SAFAWI:
ASAL-USUL, KEMAJUAN, DAN KEHANCURAN

A.Pengantar.

Dinasti Safawi lahir di Persia pada awal abad enam belas Masehi. Kelahirannya merupakan peristiwa penting, bukan hanya bagi Persia dan negara tetangganya, tetapi juga bagi Eropa pad umumnya. Bagi Persia berdirinya Dinasti Safawi dianggap sebagai bangkitnya kembali imperium Persia dan Nasionalismenya yang telah dijatuhkan oleh Islam pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab dalam peperangan di Qadisia tahun 635 M dan di Nahawand tahun 642 M. Bagi Turki Usmani, kehadirannya sering dianggap sebagai suatu ancaman. Hal ini terbukti dengan terjadinya kontak senjata antara dua Dinasti tersebut. Akan tetapi, bagi Dinasti Mughal di India Dinasti Safawi dianggap sebagi sahabat akrab yang memberinya bantuan dalam menghadapi musuh. Bagi Eropa Dinasti Safawi dianggap sebagai mitra dagang yang menguntungkan kedua belah pihak. Mengingat pentingnya peran yang dimainkan, Dinasti Safawi layak dikatakan sebagai salah satu dari tiga kerajaan besar pada fase kemajuan Islam II.

Kerajaan Safawi berada di antara kerajaan Usmani di sebelah Barat dan kerajaan Mughal India di sebelah Timur. Syah Ismail, pendiri kerajaan ini, menjadikan aliran Syi’ah dua belas sebagai mazhab negara.
Makalah ini berusaha mencoba mengungkap asal-usul, kemajuan, dan kehancuran kerajaan besar ini.

B.Asal-Usul Kerajaan Safawi.

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberinama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah, diambil dari nama pendirinya, Safi al-Din (1252-1334 M), dan nama Safawi terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama ini terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.

Safi al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa al-Kadzhim. Gurunya bernama Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Safi al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan gurunya yang juga mertuanya yang wafat tahun 1301 M.

Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bidah”. Tarekat yang dipimpin Safi al-Din semakin penting setelah ia mengubah bentuk tarekat ini dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”.

Sepeninggal Syekh Safi kepemimpinan Safawiyah dialnjutkan oleh puteranya, Syekh Sadr al-Din. Pada masanya, pengaruh dan pengikut Safawiyah semakin meluas sampai ke Transoxania. Penerus Syekh Sadr al-din adalah puteranya, Khawajah Ali (1391-1427). Berikutnya, Dinasti ini dipimpin oleh Syekh Ibrahim, putera Khawajah Ali. Kepemimpinannya dianggap sebagai masa terakhir gerakan Safawiyah yang bercorak keagamaan dan keruhanian murni. Karena pada periode Syekh Junayd (1447-1460) gerakan Safawiyah ini berubah menjadi gerakan politik yang berorientasi pada kekuasaan.
Karena perselisihan dengan pamannya, Junayd diusir oleh Jihan Syah, penguasa Kara Konyunlu (Kambing Hitam) atas desakan pamannya, Ja’far. Dalam petualangannya dari Ardabil, Junayd mendapat perlindungan dari Uzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu (Kambing Putih) di Diyar Bakr. Setelah merasa kuat dan mendapat dukungan dari Ak Koyunlu, Junayd ingin merebut kembali Ardabil dari tangan Kara Koyunlu. Akan tetapi, dalam pertempuran melawan Shirwanshah di lembah Karahsu pada tahun 1460 M Junayd tewas.
Sepeninggal Junayd, anaknya, Haydar menggantikannya. Haydar mampu menyusun kembali pengikut tarekatnya dan menggunakan sorban merah sebagai identitas mereka. Orang Turki menjuluki mereka Qizil-Bash (si kepala merah). Merasa sudah kuat, Haydar ingin membalas dendam atas kematian ayahnya, shirwanshah. Akan tetapi, dalam pertempuran di benteng Darband tahun 1488 M Haydar tewas.

Dari perkawinannya dengan Uzun Hasan, Haydar dikaruniai tiga anak yang bernama Ali, Ismail dan Ibrahim. Sultan Ali putera tertua Haydar dan pelanjut kepemimpinannya, meninggal dalam peperangan melawan Rustum (cucu Uzun Hasan) untuk merebut kembali kekuasaan sufi di Ardabil. Ismail, putera kedua Haydar, adalah pendiri kerajaan Safawi. Dengan menggunakan Qizil-Bash sebagai kekuatan angkatan bersenjata dan menjadikan Syi’ah sebagai dasar politik dan ideologi, Ismail mulai menundukkan penguasa Ak Koyunlu dan memperluas daerah kekuasaannya. Ia menggunakan gelar “Syah” dan menjadi raja Safawi yang pertama.


C.Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Safawi.

1.Perkembangan

Syah Ismail, pendiri kerajaan Safawi, dilahirkan pada 25 Rajab 892 H/ 17 Juli 1487 M. Pada usia 13 tahun ia meninggalkan daerah Lahijan menuju Ardabil. Setelah sampai di Ardabil dia diusir oleh Gubernurnya sultan Ali Chakirlu. Ismail lalu pergi ke Arjuwan di dekat laut Kaspia. Dari daerah ini ia mengirim pesan kepada pengikut-pengikutnya di Anatolia Timur dan Syria untuk berkumpul di Erzinjan pada musim semi mendatang. Maka berkumpullah sekitar 7000 pengikutnya dari suku Turki dan mereka menjadi tentara Qizil-Bash yang menjadi sendi kekuatan Dinasti Safawi.

Dari Erzinjan Ismail memimpin Qizilbash untuk menaklukkan daerah Shirvan. Dalam peperangan ini Ismail berhasil membalas kematian ayahnya dengan membunuh Farrukh Yasar Shirvanshah, penguasa Shirvan, dan pembunuh Haydar. Dengan terbunuhnya Sirvanshah lenyaplah sudah penguasa keturunan Kisra Anushirwan Sasania. Selanjutnya Ismail bersiap untuk memerangi alvand, penguasa Ak Koyunlu. Pertempuran antara keduanya terjadi di Sharur, dekat Nakhchivan, Azerbeijan, dan petarungan ini dimenangkan oleh Ismail. Kemenangan ini membuka jalan bagi pemimpin Safawi dan pengikutnya menuju Tabriz. Ismail segera memasuki ibukota Ak Koyunlu dengan penuh kejayaan, memproklamirkan dirinya sebagai Shah, dan menetapkan Syi’ah dua belas menjadi aliran resmi negara Iran.

Peristiwa yang gemilang dan sekaligus menandai berdirinya kerajaan Safawi ini terjadi pada tahun 907/ 1501. Jatuhnya Irak ke tangan Shah Ismail menandai jatuhnya seluruh daerah Persia ke tangannya. Daerah kekuasaan Ismail menjadi luas, membentang dari Jihun hingga teluk Basrah dan dari Afganistan sampai Eufrat. Tinggal dua kekuatan lagi yang menjadi musuh Safawi, yaitu Turki Usmani di sebelah Barat dan kabilah Uzbek di sebelah Timur. Karena Uzbek menyerang Kirman yang termasuk daerah Persia, pertempuran sengit di Tahiradab antara Safawi dan Uzbek tak bisa dihindarkan. Pertempuran yang terjadi pada awal Desember 1510 tersebut dimenangkan oleh Shah Ismail (Safawi) dan pemimpin Uzbek, al-Shaibani tewas. Akan tetapi, dalam pertempuran melawan Turki di Chaldiran Safawi kalah dan Ismail terpaksa berdamai dengan sultan Salim dari Turki.

2.Kemajuan

Kemajuan yang bisa dilihat dalam bidang politik, antara lain:

a.Bahwa kerajaan Safawi dapat menguasai daerah yang cukup luas, dan menundukkan kekuatan-kekuatan penguasa daerah Persia yang sebelumnya. Daerah yang dikuasainya membentang dari Jihun sampai teluk Basrah dan dari Eufrat sampai Afganistan. Daerah-daerah ini meliputi Mazandaran, Gurgan, Yazd, Sirvan, Samarkand, Fars, Kirman, Khuzistan, Kurasan, Balkh, Merv, Irak, Azarbaijan, dan Dyar Bakr.

b.Tentara Safawi cukup kuat. Hal ini terbukti dari kemampuannya untuk menaklikkan kabilah Uzbek yang dipimpin oleh tokoh politik kawakan al-Syaibani. Lebih dari itu Safawi bisa mengalahkan Turki Usmani pada masa pemerintahan Shah Abbas I yang bergelar Shah Abbas yang agung.

Di antara unsur yang menjadikan kuatanya politik Safawi adalah kuatnya pribadi penguasa Safawi, terutama shah Abbas I, yang digambarkan berpandangan tajam, bekal kuat, berkemauan besar, berkeberanian dan semangat yang tinggi tak kenal lelah.
Unsur lain yang dikatakan mempunyai pengaruh besar dalam kekuatan politik Safawi ialah kesetiaan pasukan Qizilbash kepada raja Safawi. Diduga hal disebabkan mereka adalah jamaah sufi Syi’ah, sedang raja adalah kepala mereka. Jamaah sufi terbiasa taat yang berlebihan kepada Mursyd atau gurunya.
Unsur kemampuan Shah dalam mengatur administrasi negara merupakan unsur kemajuan politik yang tak bisa diremehkan.
Administrasi safawi diatur sebagai berikut:

Jenjang tertinggi setelah Shah ialah “Azamat al-Daulah” yang fungsinya seperti Perdana Menteri/ jenjang di bawahnya adalah “al-Sadr” yang fungsinya seperti Menteri Agama. Urusan peradilan, tempat-tempat ibadah dan kegiatan Ulama serta pelajar menjadi tanggungan Menteri tersebut. Jabatan berikutnya adalah “al-Nazir” yang mirip dengan Menteri Bulog. Lalu “Rais al-Khidam” sebagai sekertaris Menteri-Menteri. Jabtan lain adalah “Nazr al-Maliah” yang mengurus Baitul Mall serta perpajakan. Pengawasan Shah atas mereka sangat ketat dan tindakan yang diberikannya kepada pelanggar tugas sangat keras.

Kehadiran petualang Inggris, Antoni dan Robert Charly dengan rombongannya yang berjumlah 26 orang bisa dikatakan mempunyai andil dalam kemajuan politik Safawi. Petualang itu pandai membuta meriam dan senjata lain. Mereka mengabdi kepada Syah dengan memperbanyak persediaan senjata dan menunjukkan kepadanya seni pengaturan tentara yang modern. Kemenangan safawi atas Turki Usmani merupakan bagian dari pengaruh petualang ini.

Kemajuan yang bisa dilihat dalam bidang ekonomi dalah:
1.Ramainya perdagngan melalui teuk Persi, dan meningkatnya ekspor Safawi, terutama komodoti sutra.
2.Lancarnya perdagngan dengan luar negeri, terutama dengan Inggris, hingga menimbulkan iri para niagawan Portugis. Kenyataan ini terlihat dari usaha Portugis untuk menghalangi kapal-kapal niaga Inggris yang menuju Persia Safawi, sehingga terjadi pertempuran antara keduanya dan Safawi membantu Inggris. Akibatnya adalah jatuhnya pangkalan Hormuz ke tangan Safawi dan semakin derasnya arus perdagngan ke Safawi
3.Dibangunnya fasilitas perdagngan yang memadai, seperti sarana transportasi, jembatan-jembatan, pusat-pusat perdagangan dan jalur yang luas yang menghubungkan daerah sebelah Timur laut Kaspia dengan daerah di sebelah Baratnya.
4.Digalakannya bidang pertanian, terutama yang digunakan untuk peternakan ulat sutra, sehingga produktivitas pertanian meningkat.
Kemajuna sektor lain terlihat dalam bidang keilmuan dan filsafat. Filosof Sadr al-Din al-Syirazi dengan filsafat ketuhanannya masih sangat berpengaruh dalam kehidupan kerajaan Safawi. Muhammad Bagir ibn Damad juga dikenal dengan filsafat dan ilmu firikanya. Baha’uddin al-Amili terkenal ketika itu dengan ilmu kebudayaannya. Kemajuan bidang arsitektur terlihat dari dibangunnya kembali ibukota Isfahan. Istana, mesjid-mesjid, rumah sakit, sekolah, dan taman-taman dibangun dengan arsitektur bernilai tinggi. Keistimewaan arsitek Safawi adalah dalam tehnik pewarnaan.

3.Kemunduran dan Kehancuran.

a. Kemunduran
Di antara yang membawa kepada kemunduran safawi adalah:

1. Terjadinya kemelut dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh rasa takut yang berlebihan dari sang raja atas jatuhnya kekuasaan yang dipegangnya. Rasa negatif ini mendorong sebagian Shah mengurung pangeran-pangeran calon penerus kekuasaan kerajaan di lingkungan istana kerajaan. Disediakannya wanita-wanita agar mereka tidak berlatih perang dan belajar siasat.

2. Lemahnya para sultan. Hal ini merupakan akibat dari tidak adanya sistem pengkaderan yang terencana bagi calon penerus kekuasaan, karena takut menjadi bumerang bagi raja yang mengkadernya, dan mengambilalih kepemimpinan sebelum waktunya. Penyebab lain dari kelemahan sultan ini ialah tenggelamnya mereka dalam kemewahan dan mabuk-mabukan.

3.Konflik dengan Turki yang berkepanjangan. Hal ini desbabkan perbedaan mazhab antara keduanya. Safawi beraliran Syi’ah sementara Turki bermazhab Sunni. Di samping itu ambisi memperluas pengaruh dari kedua kerajaan tersebut begitu kuat. Pernah terjadi perdamaian antara keduanya, tetapi tidak berlangsung lama

5..Lemahnya ekonomi. Di antara penyebab lainnya ialah kelemahan sultan dan ketamakannya untuk mendapatkan meriam Eropa, sehingga sultan membebaskan niagawan Eropa dari bea masuk dan keluar bagi komoditi Eropa dan Safawi. Akibatnya pemasukan negara berkurang. Di samping itu penggunaan uang negara untuk kemewahan keluarga raja mengurangi banyak kas negara, sehingga gaji tentara juga tidak terbayar.

b.Sebab Kehancuran
Penyebab kehancuran kerajaan Safawi ialah adanya pemberontakan yang dilakukan ileh orang Afganistan sejak tahun 1709 M. Di bawah pimpinan Mir Vaya yang telah menguasai kandhar. Di daerah lain suku Abadil Afganistan juga melakukan pemberontakan di Heart dan Mashad.

Setelah Mir Vaya meninggal dunia ia digantikan oleh anaknya, Mir Mahmud. Mir Mahmud berhasil bersekutu dengan suku Abadil. Akhirnya Shah Huseyn mengakui kekuasaan Mir Mahmud di Kandahar. Dari Kandahar Mir Mahmud menguasai Kirman tahun 1721 M. Akhirnya pada tanggal 12 Oktober 1722 M ia memasuki Isfahan dan memaksa Shah Huseyn menyerah tanpa syarat.

Pada tahun 1729 M. Muncul seorang ahli militer bernama Nadir Quli yang tidak menginginkan wilayah Persia berada di tangan orang lain. Nadir menghancurkan kota Isfahan yang telah diduduki oleh Amir Asyraf (pengganti Mir Mahmud). Setelah negara aman, Shah Thamas II dipersilahkan kembali menduduki tahta kerajaan, sedang urusan kenegaraan dipegang oleh Nadir.

Pada bulan Agustus 1732 M Shah Tahmas dipecat oleh Nadir, dan ia menobatkan Syah Abbas III yang masih kecil sebagai raja. Empat tahun kemudian Shah Abbas III meninggal, maka Nadir menobatkan dirinya sebagai Shah di Persia. Dengan demikian berakhirlah masa kerajaan Safawi yang sudah berkuasa selama dua abad lebih.

D.Penutup
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kerajaan Safawi tumbuh dari perkumpulan gerakan keagamaan (sufi) yang berubah bentuk menjadi kekuatan politik. Kerajaan Safawi termasuk salah satu dari tiga kerajaan besar pada masa kemajuan IslamII. Habisnya dinasti Safawi disebabkan tidak ada lagi keturunan raja Safawi yang mampu memegang kekuasaan.Dunai keilmuan di masa Safawi masih berkembang, dan tidak mati sama sekali.













Silsilah raja-raja kerajaan safawi
Safi al-Din
(1252-1334)

Sadar al-Din Musa
(1334-1399 M)

Khawaja Ali
(1399-1427 M)

Ibrahim
(1427-1447)

Juneid
(1447-1460 M)

Haidar
(1460-1494 M)

Ali 1. Ismail
(1494-1501 M) (1501-1524 M)

2. Tahmasp I
(1524-1576 M)

3. Ismail II 4. Muhammad Khudabanda
(1576-1577 M) (1577-1787 M)

5. Abbas I
(1588-1628 M)

6. Safi Miza
(1628-1642 M)

7. Abbs II
(1642-1667 M)

8. Sulaiman
(1667-1694 M)

9. Hussein
(1694-1722 M)

10. Tahmasp II
(1722-1732 M)

11. Abbas III
(1732-1736 M)

1 komentar: