Senin, 31 Agustus 2009

Pengertian Sejarah dan Kebudayaan Islam

A. Pengertian Sejarah dan Kebudayaan Islam
Perlu kamu ketahui bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sa¬lah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebu¬da¬yaan atau peradaban Islam dan tokoh-tokoh yang ber¬prestasi dalam sejarah di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad Saw hingga masa modern ini, termasuk masyarakat Islam di Indonesia. Dalam kata lain, Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang menanamkan pe¬ngetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masya¬rakat Islam dari masa lampau hingga masa kini
Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai hal tersebut di atas, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu mengenai pengertian sejarah, pengertian kebudayaan dan pengertian Islam.

1. Pengertian Sejarah
Pengertian sejarah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek bahasa dan apek istilah. Apabila ditinjau dari aspek bahasa, maka kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun, yang artinya pohon. Kata ini masuk ke dalam bahasa Melayu sekitar abad ke-14 M dan kemudian megambil bentuk kata Syajarah yang mirip sekali dengan ucapan bahasa Indonesia modern yang dalam perkembangan selanjutnya berubah menjadi kata Sejarah.
Selain kata sejarah, terdapat istilah lain yang sering digunakan oleh ma-sya¬rakat Indonesia, yaitu kata silsilah, yang merujuk pada asal usul keluar¬ga atau nenek moyang; riwayat serta hikayat yang selalu dikaitkan dengan ce¬rita yang diambil dari kehidupan; serta kata tarikh, yang berkaitan dengan waktu dan kejadian atau sebuah peristiwa.
Dengan kata lain, kata Syajarah yang berarti pohon merupakan gambaran suatu rangkaian geneologi, yaitu pohon keluarga yang memiliki hubungan erat antara akar, batang, cabang, ranting dan daun serta buah. Oleh karena itu, kese¬luruhan elemen pohon ini memiliki keterkaitan erat, meskipun terkadang hanya dilihat batang pohon saja, atau buahnya saja, tetapi adanya pohon dan buah tidak terlepas dari peran akar. Itulah filosofi sejarah, yang mempunyai keterkaitan erat antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Sedang kata sejarah menurut istilah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, yang berkaitan dengan berbagai proses kehidupan manusia, dan dipelajari di masa kini untuk diambil hikmahnya bagi perjalanan ke¬hi¬dupan manusia di masa-masa mendatang.
Di dalam hakikat sejarah, menurut Ibnu Khaldun, terkandung pengertian ob¬servasi dan usaha mencari kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda nyata, serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sedang menurut Franz Rosental, sejarah adalah deskripsi tentang aktivitas manusia yang terus menerus baik dalam bentuk individu maupun kelompok. Sementara sejarah, menurut Nourozzaman ash Shid¬diqie, adalah perstiwa masa lampau yang tidak sekedar informasi tentang terjadinya peristiwa, juga memberikan penafsiran (interpretasi) atas peristiwa yang terjadi dengan melihat kepada hukum sebab akibat. Dengan adanya penafsiran ini, maka sejarah sangat terbuka apabila diketemukan adanya bukti-bukti baru. Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sayyid Quttub, bahwa sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peris¬tiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat.
Jadi, menurut Fatah Syukur, sejarah bukan sekedar catatan bagi orang-orang yang lahir dan orang-orang yang mati dan sekedar mengungkap kehidupan para penguasa dan biografi para pahlawan, sejarah juga merupakan suatu ilmu yang membentangkan perkem¬bangan masyarakat, yaitu suatu proses yang panjang sekali. Sejarah berbeda dengan hikayat, legenda, kisah dan sebagainya. Sejarah harus dapat dibuktikan kebe¬nar¬an¬nya dan logis. Oleh karena itu, cerita yang tidak masuk akal, apalagi tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka tidak dapat dikategorikan se¬bagai sejarah. Sejarah adalah suatu kisah manusia dalam perjuangannya untuk me¬realisasikan tujuan pe-perangan yang diterjuninya, pengetahuan yang ia peroleh dari dirinya dan dari alam sekitarnya, penemuan-penemuan yang ia capai, kota-kota yang ia bangun, peme¬rin¬tah-pemerintah yang ia dirikan, perundang-undangan yang men¬jadi pedomannya, perwujudan eko¬nomi, aktivitas yang ia lakukan, peninggalan-pe¬ninggalan peradaban yang ia tinggalkan, ide-ide pemikiran yang ia anut kemudian mungkin menggan¬ti¬nya dengan yang lain.

2. Pengertian Kebudayaan
Setelah kamu memahami pengertian sejarah, maka selanjutnya kita akan membicarakan tentang pengertian kebudayaan. Secara bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, buddhaya, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Dalam konteks ini, ada ahli yang mengatakan bahwa kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk, yaitu budi-daya, yang berarti daya dari budi. Oleh karena itu, mereka membedakan antara budaya dengan kebu¬dayaan. Karena itu, budaya diartikan sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa, karsa dan rasa manusia. Sedang kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa.
Sedangkan menurut istilah pengertian kebudayaan merupakan keselu-ruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dan digunakan sebagai pedoman untuk memahami lingkungannya dan sebagai pedoman untuk mewujudkan tindakan da¬lam menghadapi lingkungannya. Jadi, kata kebudayaan memiliki pe¬ngertian yang sangat luas, karena mencakup berbagai bentuk cara kehidupan ma¬nusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniah.
Menurut Kuntjaraningrat, bila dilihat dari sisi antropologi budaya, paling ti¬dak, kebudayaan mempunyai tiga wujud, Pertama, wujud ideal, yaitu wujud ke¬bu¬da¬yaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, per¬aturan dan sebagainya, Kedua, wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Oleha karena itu, dapat dipahami bahwa di dalam kebudayaan terdapat un¬sur-unsur yang bersifat universal yang merupakan refleksi hasil kebudayaan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Alat perlengkapan hidup manusia, seperti pakaian, rumah, kendaraan, persenjataan dan sebagaianya.
2. Mata pencaharian hidup, seperti bercocok tanam, beternak, berburu, berdagang dan sebagainya.
3. Pranata sosial, seperti hukum, aturan perkawinan, dan sebagainya.
4. Bahasa, baik lisan maupun tulisan.
5. Kesenian, baik seni rupa, seni suara, seni drama, maupun seni gerak, dan sebagainya.
6. Ilmu pengetahuan
7. Religi atau agama.
Ketujuh unsur tersebut di atas merupakan unsur kebudayaan yang ada di ma¬na sajak, sejak dahulu hingga kini. Oleh karena itu, pengertian kebudayaan meli¬puti seluruh cara kehdupan manusia dalam kelompoknya, di samping se¬bagai kesatuan wadah dari segala bentuk seni.

3. Wujud Kebudayaan
Secara teoritis wujud kebudayaan menurut J.J. Hoenigman, dibedakan men¬jadi tiga: yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal).
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abs¬trak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menya¬takan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga ma¬sya¬rakat tersebut.
Gambar wujud Kebudayaan Islam

Sumber: Republika onlien.
b.Aktivitas (tindakan).
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berin-teraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut po¬la-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi da¬lam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Pesta upacara Tabui, di Pariaman

Sumber: opensorce.or.id
c. Artefak (karya).
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari ak¬tivi¬tas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dengan memahami teori tersebut di atas kiranya dapat dipahami bahwa wujud dari Kebudayaan Islam bisa dalam bentuk wujud ideal, berupa gagasan dan pemikiran, peraturan atau norma-norma Islam, yang terkadang pemikiran tersebut dituangkan ke dalam bentuk tulisan para sarjana muslim, seperti gagasan yang dutulis oleh para imam mazhab dalam bentuk kitab fiqh, tafsir, hadits dan seba¬gai¬nya.
Bagian dalam masjid al-Hamra, Granada, Spanyol

Sumber: Wikipedia
Sementara wujud kebudayaan Islam dalam bentuk aktivitas berupa sistem sosial, yang mengatur pola hubungan antara satu masyarakat muslim dengan muslim lainnya atau antara muslim dengan non muslim, dan sebagainya. Bisanaya wujud kebudayaan seperti ini tertuang dalam tata aturan pemerintahan dan sistem sosial politik dan kemasyarakatan Islam. Sedangkan wujud dari kebudayaan Islam dalam bentuk artefak dapat dilihat dalam bentuk peninggalan material berupa mata uang, alat-alat pertanian, per¬senjataan, bangunan istana, bangunan masjid, pusat-pusat pendidikan, dan lain sebagainya.
B. Pengertian Kebudayaan Islam
Seperti yang kamu ketahui pada bagian sebelumnya bahwa pengertian ke¬bu¬da¬yaan secara sederhana dapat dipahami sebagai keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dan digunakan sebagai pedoman untuk memahami ling¬kungannya dan sebagai pedoman untuk mewujudkan tindakan dalam meng¬hadapi lingkungannya. Dalam konteks ini, kebudayaan Islam merupakan keselu¬ruhan ak¬tivitas manusia muslim dan hasilnya yang di dalamnya terkandung penge¬tahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemam¬puan-kemam¬puan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Karena kebu¬dayaan Islam dilandasi atas agama Islam, maka kebu¬da¬ya-an Islam me¬miliki beberapa keunikan dibandingkan dengan kebudayaan lain. Ke¬unikan itu da¬pat dilihat dari adanya keinginan kuat mempertahankan moral atau akhlak dalam menciptakan suatu kebudayaan Islam, selain selalu dikaitkan deng¬an keber¬a¬daan Tuhan, toleransi, persaudaraan, kewajiban menuntut dan me¬ngembangkan ilmu pengetahuan dan sebagainya. Sebagai salah satu contoh, pem¬bangun¬an masjid deng¬an segala arsi¬tek¬turnya, merupakan bentuk perwujudan dari kreativitas umat Islam dalam peng¬ab-diannya kepada Allah SWT. Pengem¬bangan ilmu penge¬tahuan dan seba¬gainya, me¬rupakan penerapan dari ajaran Is¬lam yang meng¬haruskan umat Islam melakukan pembacaan atau riset ter¬hadap alam dan segala isinya.
C. Wujud Kebudayaan Islam
Bila melihat teori di atas, bahwa wujud dibedakan men¬jadi tiga: yaitu ga¬gasan, aktivitas, dan artefak, maka wujud kebudayaan Islam juga tidak lepas dari tiga unsur tersebut. Hanya saja, wujud kebudayaan Islam selalu bernafaskan ajar¬an Islam dalam setiap penciptaan dan kreasi umat Islam. dalam bentuk gagasan, yaitu wujud ideal, maka bentuk kebudayaan Islam terdapat dalam alam pemi¬kir¬an masyarakat muslim. Jika masyarakat muslim menyatakan gagasannya dalam bentuk tulisan, maka lokasi kebudayaan Islam berada dalam karangan atau karya para penulis muslim.
Dalam catatan sejarah Islam, banyak lahir tokoh-tokoh pemikir muslim yang mewujudkan pemikirannya dalam bentuk karya tulis, seperti al-Kindi, al-Fa¬rabi, Ibn Sina, al- Rasi, Ibn Rusyd, dan lain-lain. Karya mereka hingga kini masih dapat dibaca oleh masyarakat dunia. Begitu juga wujud kedua, yaitu aktivitas, yang melahirkan norma-norma dan perilaku yang didasari atas ajaran Islam.
Ibn Sina, filosuf dan dokter muslim kenamaan

Sumber: Wikipedia
D. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah dan Kebudayaan Islam
Tahukan kamu bahwa dengan mempelajari Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI), kamu tidak hanya dapat melihat dan menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa sekarang, juga masa-masa yang akan datang. Sebab, kamu akan mampu berpikir secara kronologis dan memiliki penge¬tahuan tentang masa lalu yang dapat dipergunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.
Selain itu, Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting seba¬gai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian ummat. Sebab dengan mem¬pela¬jarinya, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak hikmah, ibrah atau pelajaran, sehingga masyarakat muslim, termasuk sis¬wa siswi madrasah mampu memilih dan memilah mana aspek sejarah yang perlu dikem¬bangkan dan mana yang tidak perlu. Keteladanan dari para tokoh atau pe¬laku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada generasi muda, disam¬ping nilai informasi sejarah penting lainnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Sejarah dan Kebuduayaan Islam merupakan bagian penting dari perjalanan sebuah ummat, bangsa, negara, mau¬pun individu. Di antara pelajaran penting yang dapat diambil dari Sejarah dan Kebu¬da¬yaan Islam adalah mengambil sesuatu yang baik dari suatu ummat, bang¬sa dan ne¬gara untuk senantiasa dilestarikan dan dikembangkan. Sedangkan ter¬ha¬dap hal-hal yang tidak baik, sedapat mungkin ditinggalkan dan dihindari. Karena melalui Se¬jarah dan Kebudayaan Islam, kamu dapat mengetahui betapa ummat Islam pernah mencapai suatu kejayaan yang diakui oleh dunia international. Pada saat itu banyak orang-orang non Muslam yang belajar kepada ilmuwan Muslim, baik secara lang¬sung maupun tidak. Banyak karya-karya tokoh ilmuwan Muslim yang dipakai se¬bagai referensi ilmuwan Eropa sampai hampir tujuh abad, misal¬nya karya Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Alhawarizmi dan lain sebagainya. Kejayaan itu tentu tidak dapat dicapai begitu saja, tanpa adanya suatu sebab yaitu usaha maksimal dari para ilmuwan Muslim dan dukungan sarana dan prasarana dara donatur dan birokrat, sebagaimana kejayaan yang pernah dicapai masa Abasiyah periode awal.
Dalam kata lain, setelah kamu mempelajari materi Sejarah dan Kebu¬da-ya¬an Islam (SKI), maka kamu akan memperoleh inspirasi dan motivasi untuk me¬ngenal, memahami, menghayati Sejarah dan Kebudayaan Islam yang mengan¬dung nilai-nilai kearifan yang dapat dipergunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian muslim yang baik.



D. Ringkasan

Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) terdiri dari 3 (tiga) kata, yaitu Sejarah, Kebudayaan dan Islam. Menurut bahasa, sejarah berasal dari kata bahasa Arab, yaitu syajaratun, artinya pohon. Dalam perkembangan selanjutnya, kata tersebut berubah menjadi sejarah. Sedang menurut istilah, se-jarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, yang berkaitan dengan ber¬ba¬gai proses kehidupan manusia, dan dipelajari di masa kini untuk diambil hikmahnya bagi perjalanan ke¬hi¬dupan manusia di masa-masa mendatang.
Secara bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, buddhaya, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal. Sedangkan me¬nurut istilah pengertian kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh ma¬nusia dan digunakan sebagai pedoman untuk memahami ling¬kungannya dan se¬bagai pedoman untuk mewujudkan tindakan da¬lam meng¬hadapi lingkungannya.
Menurut Kuntjaraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu; Per¬tama, wu¬jud ideal, yaitu wujud kebu¬da¬yaan sebagai suatu komplek ide-ide, ga¬gas¬an, nilai-ni¬lai, norma-norma, per¬aturan dan sebagainya, Kedua, wujud kelakuan, yaitu wujud ke¬budayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam ma¬syarakat. Ketiga, wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Jadi, Sejarah dan Kebudayaan Islam merupakan keseluruhan ak¬tivitas ma¬nu¬sia muslim dan hasilnya yang di dalamnya terkandung penge¬tahuan, keperca¬yaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemam-puan lain yang dida¬pat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Glossary
Sejarah = berasal dari bahasa Arab, syajaratun, artinya pohon. Kemu¬dian berubah menjadi kata sejarah dalam bahasa Indonesia modern.
Silsilah = kata yang merujuk pada asal usul keluar¬ga atau nenek moyang;
Riwayat serta hikayat = bagian dari sejarah yang selalu dikaitkan dengan ce-rita yang diambil dari kehidupan;
Tarikh = bagian dari sejarah yang berkaitan dengan waktu dan keja¬dian atau sebuah peristiwa.
Tahqiq = satu usaha yang dilakukan oleh para sejarawan untuk melakukan ob¬servasi dan usaha mencari kebenaran, keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda nyata, serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa.
Ibnu Khaldun = serjana muslim terkemuka dan bapak sosiologi Islam pertama di dunia.
Buddhaya = bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal.
Wujud ideal = yaitu wujud kebu¬da¬yaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, per¬aturan dan se¬bagainya,
Wujud kelakuan = yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ak¬tivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud benda = yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar